Ruh Dari Shalat
Ruh Dari Shalat
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، شَرَعَ لِعِبَادِهِ
التَزَاوَجَ لِإِنْجَابِ الْأَوْلَادِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَدَتاً أَدخَرَهَا لِيَوْمِ المَعَادِ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ سَائِرِ العِبَادِ،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ البَرَرَةِ اَلْأَمْجَادِ،
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا.
Ibadallah,
Banyak orang terbuai dunia. Hati mereka hanya
disibukkan gemerlap dunia, sehingga melupakan kehidupan akhirat. Akibatnya,
mereka lalai dari Khaliq mereka. Mereka abaikan syariat agama ini. Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
فَخَلَفَ
مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ
يَلْقَوْنَ غَيًّا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan (atau lembah di neraka). [Maryam/ 19: 59]
Ada sebagian orang mengerjakan shalat. Namun tidak
berefek positif pada kehidupan mereka. Mereka tidak memperhatikan adab-adab
shalat, tidak konsisten menunaikan rukun dan adabnya. Yang ada, hanya gerakan
fisik belaka namun kosong dari kekhusyukan. Seolah shalat itu hanya gerakan
badan tanpa ada ruh dan hati.
Belum lagi keadaan mereka di luar shalat! Sebagiannya
tetap saja bertutur kata kotor, berprilaku buruk, tak segan memakan haram, dan
berbagai kemaksiatan lain masih ia langgar! Kadang timbul tanya, bukankah
shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar? Lalu mengapa shalat mereka
tidak membawa angin segar pada perangai mereka?
Jawabannya adalah, karena ruh shalat belum bisa mereka
hadirkan, yaitu khusyuk. Allâh Subhanahu wa Ta’ala mensifati kaum Mukminin
bahwa mereka khusyuk dalam shalat dan sebagai balasannya, Allâh memberikan
kemenangan dan keberuntungan bagi mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, [Al-Mu’minun/23:1-2]
Ibnu Rajab berkata, “Asal makna khusyuk adalah: hati
yang lembut, tenang dan tunduk, hati yang luluh karena Allâh Azza wa Jalla .
Bila hati khusyuk, maka ia akan diikuti kekhusyukan semua anggota badan. Karena
anggota badan mengikut pada hati.” Al-Hasan berkata, “Khusyuk mereka ada di
hati mereka, sehingga mereka menundukkan pandangan dan merendahkan diri.”
Inilah jalan kaum salaf dalam shalat mereka. Yaitu
mereka yang menghadirkan rasa takut ketika menghadap Allâh Azza wa Jalla dalam
shalat. Hatinya khidmat dan khusyuk, sehingga khusyuknya menjalar pada anggota
badan, raut muka dan gerakan mereka, karena mereka menyadari keagungan Allâh
Azza wa Jalla . Hilang dari benak mereka semua urusan duniawi, karena mereka
tengah bermunajat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Saat itulah shalat menjadi
ketenangan hati yang hakiki. Seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam riwayat Anas Radhiyallahu anhu :
وَجُعِلَتْ
قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Dan
dijadikan kesejukan pandanganku di dalam shalat. [HR. Ahmad, Nasa’i]
Juga dalam
Musnad Imam Ahmad, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قُمْ يَا
بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
Wahai Bilal,
bangunlah, rehatkan kami dengan shalat.
Inilah ketenangan yang hakiki. Ia tahu, tatkala
mengangkat tangannya, sejatinya ia tengah menggagungkan Allâh Azza wa Jalla .
Bila menyedekapkan tangan kanan di atas tangan kiri, sebenarnya ia tengah
merendahkan diri di hadapan Allâh Yang Maha Perkasa, seperti yang dikatakan
Imam Ahmad.
Inilah sikap muslim dalam shalatnya. Ia pererat
tautannya dengan Allâh, agar bisa meraih janji Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ
امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءها ؛
وَخُشُوعَهَا، وَرُكُوعَهَا ، إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ
الذُّنُوب مَا لَمْ تُؤتَ كَبِيرةٌ ، وَذلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Tidaklah seorang Muslim di mana tiba shalat fardhu,
lalu ia memperbagus wudhu, khusyuk dan rukuk dari shalatnya, melainkan itu
(shalatnya) menjadi kaffarah penghapus dosa yang sebelumnya, selama dosa besar
tidak ia langgar. Dan itu berlangsung sepanjang masa. [HR. Muslim]
Kedudukan khusyuk dalam shalat seperti kedudukan
kepala dalam tubuh manusia. Orang yang shalat sedangkan hatinya berputar-putar
menerawang dunia, maka syetan akan mencuri shalatnya. Yaitu dengan banyak
menoleh, banyak bergerak mempermainkan tubuh atau pakaiannya. Kadang ia tidak
thuma’ninah, tidak sadar dan tidak paham dengan yang ia baca. Maka
dikhawatirkan shalatnya akan tertolak. Seperti sabda Rasûl Shallallahu ‘alaihi
wa sallam :
إِنَّ
أَسْوَأَ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ ” قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ صَلَاتَهُ؟ قَالَ: ” لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا
سُجُودَهَا وَلَا خُشُوعَهَا
“Sesungguhnya orang mencuri yang paling buruk adalah
orang yang mencuri shalatnya.” Sahabat bertanya: “Bagaimana ia mencuri
shalatnya?” Beliau menjawab: “Ia tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan
khusyuknya.” [HR. Ahmad, Al-Hakim, Ibnu Khuzaimah]
Ketika hati manusia mengeras, manusia pun enggan
mencari ilmu agama, maka banyaklah terlihat orang yang merusak shalat mereka.
Ada yang shalat, namun tetap berbuat keji dan munkar. Atau berbuat hal yang
merusak aqidahnya, atau bertabrakan dengan dasar-dasar Islam. Ia tetap memakan
riba, korupsi, menyuap, minum minuman memabukkan, dan lainnya. Mereka ini yang
juga shalat, apakah telah mendirikan shalat dengan baik dan menunaikan kewajibannya
dengan sebaik mungkin?!
Demi Allâh! Sekiranya mereka menunaikannya dengan
benar, tentu mereka akan menghentikan semua hal yang haram. Hanya saja, mereka
ini telah menyia-nyiakan inti shalat.
Ubadah bin ash-Shâmit Radhiyallahu anhu berkata, “Ilmu
yang pertama kali diangkat dari manusia adalah khusyuk. Hampir-hampir engkau
memasuki masjid yang diadakan jamaah, namun tidak engkau lihat orang yang
khusyuk di dalamnya.” [HR. At-Tirmidzi]
Akankah kita berkenan untuk kembali dengan benar pada
ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal, termasuk dalam
menunaikan shalat? Semoga Allâh memberi taufiq kepada kita untuk mewujudkannya.
Ibadallah,
Bertakwalah kepada Allâh! Marilah kita mengagungkan
syiar-syiar agama ini. Jauhkan hati ini dari dominasi dunia, agar kita selalu
bertaut kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , sehingga shalat kita pun khusyuk dan
penuh khidmat.
Agar hati khusyuk, haruslah kita menghadirkan hati dan
menghayati keagungan Allâh al-Khaliq. Kita bersihkan hati ini dari segala hal
yang membuat kita berpaling dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Janganlah
menyibukkan hati dengan urusan dunia. Namun ramaikanlah hati ini dengan iman,
dan tutup rapat-rapat celah-celah masuknya setan.
Hal lain yang membantu kekhusyukan adalah agar kita
hanya memandang pada tempat sujud belaka. Janganlah mata ini bergerilya
berkeliaran dalam shalat. Juga kita sedekapkan tangan kanan kita di atas tangan
kiri saat berdiri. Hayatilah apa yang kita baca, baik itu ayat Al-Qur’an maupun
doa-doa shalat. Janganlah kita menengokkan wajah, dan jagalah thumakninah kita.
Sekali-kali hindari sikap tergesa-gesa dan gerakan mendahului imam. Juga
hindarilah gerakan-gerakan sia-sia dalam shalat.
Marilah kita perbaiki shalat kita. Bila memang seorang
hamba punya keinginan kuat mendapat kebaikan, Allâh pun akan memberinya taufiq
dan memudahkannya. Sekiranya kaum muslimin menunaikan shalat seperti halnya
yang dicontohkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dengan taufiq
Allâh, tentunya itu akan menjadi langkah awal yang efektif untuk memperbaiki
kondisi mereka, akan menjadi jalan menuju terbukanya kemenangan atas musuh, dan
merealisasikan kebaikan dunia dan akhirat.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ
البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Komentar
Posting Komentar