Empat Hal Penghambat Rezeki
Empat
Hal Penghambat Rezeki
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا
مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا
الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji kita panjatkan pada Allah
atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan pada kita sekalian.
Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang. Juga lebih dari itu,
kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Apa pun nikmat yang Allah berikan patut
kita syukuri walau itu sedikit.
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka
ia sulit untuk mensyukuri sesuatu yang banyak.”
(HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)
Semoga kita menjadi hamba Allah yang
bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat yang ada dalam ketaatan dan ketakwaan
pada Allah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat, para tabi’in, serta para
ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita.
Kata Ibnul Qayyim dalam
kitabnya Zaadul
Ma’ad,
Ada empat hal penghambat rezeki: (1) Tidur pagi, (2)
Sedikit shalat, (3) Bermalas-malasan, (4) Sifat khianat. (Zad Al-Ma’ad, 4:378)
Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah …
Pertama
Kenapa sampai tidur pagi bisa jadi
penghambat datangnya rezeki?
Karena waktu pagi adalah waktu penuh
berkah.
Dari sahabat Shakhr Al-Ghamidiy radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Apabila Nabi shallallahu mengirim
peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi
hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang
pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu
dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr
bin Wada’ah. (HR. Abu Daud, no. 2606. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani)
Sedangkan di antara kita memanfaatkan
waktu Shubuh dan pagi untuk:
- Malas dan enggan bangun shubuh
- Kalau tidak bangun Shubuh, bangun paginya jam 6
saat matahari telah terbit
- Setelah Shubuh tidak rutinkan dzikir pagi atau
baca Al-Qur’an, malah kembali lagi ke tempat tidur. Kalau menunggu pun
bada Shalat Shubuh di masjid sampai matahari meninggi (kira-kira 15 menit
setelah matahari terbit) lalu mengerjakan Shalat Isyraq dua raka’at akan
mendapatkan pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna dan sempurna.
Dan ini bahayanya jika meninggalkan
shalat Shubuh, maka akan lepas dari jaminan Allah.
Dari Jundab bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ
فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ
بِشَىْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam
jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh
tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan
menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim, no. 657)
Bahkan yang sering tidak shalat Shubuh termasuk orang
munafik.
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ
عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا
فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik
selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan
yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau
sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657)
Kedua
Sedikit shalat berarti kurang ketakwaan,
padahal takwa itulah pembuka pintu rezeki. Allah berfirman dalam ayat,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ
جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Ketiga
Bermalas-malasan juga jadi sebab rezeki
sulit datang. Karena seorang muslim dituntut kerja dan tawakkal pada Allah.
Contohilah burung seperti yang disebutkan dalam hadits berikut.
لَوْ أَنَّكُمْ
كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا
تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah,
tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pada
pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, no. 2344; Ibnu Majah, no. 4164;
Ahmad, 1:30. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini hasan)
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai
seseorang yang cuma mau duduk-duduk saja di rumahnya atau hanya berdiam di
masjid, dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit pun dan hanya mau
menunggu sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata, “Orang ini
benar-benar bodoh. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda – sebagaimana hadits burung di atas – bahwa
burung saja bekerja dengan berangkat pada pagi hari. Para sahabat Nabi yang
mulia pun berdagang dan bekerja dengan hasil kurma mereka. Merekalah
sebaik-baik teladan.” (Fath
Al-Bari, 11:306)
Jadi tidaklah boleh beralasan karena
sibuk ibadah dan berdakwah, sampai malas bekerja.
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As-Suyuthi
berkata, “Al-Baihaqi mengatakan dalam Syu’ab Al-Iman, “Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai,
enggan melakukan usaha untuk memperoleh rezeki. Bahkan hadits ini merupakan
dalil yang memerintahkan untuk mencari rezeki karena burung tersebut pergi pada
pagi hari untuk mencari rezeki.” (Dalil Al-Falihin,
1:335)
Inilah keutamaan bagi seseorang yang rajin mencari
nafkah untuk keluarganya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ
يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ
مُمْسِكًا تَلَفً
“Tidaklah para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan
ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti
kepada orang yang senang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah
kebangkrutan kepada orang yang pelit.”
(HR. Bukhari, no. 1442 dan Muslim, no. 1010).
Keempat
Tidak amanah, ini juga jadi sebab orang
sulit percaya. Kalau yang lain sulit percaya, bagaimana ia mudah mendapatkan
pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga mendapatkan rezeki dengan mudah?
Ketahuilah bahwa orang yang berkhianat
terhadap amanat pun menyandang salah satu sifat munafik. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ،
وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tiga
tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan
ketika diberi amanat, maka ia ingkar.”
(HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no. 59).
Termasuk di sini pula adalah tidak amanah dalam
melunasi utang. Ingatlah bahwa utang akan menyusahkan seseorang di akhirat
kelak. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ
ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki
hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan
kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi
dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah, no. 2414. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Demikian khutbah pertama ini.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah …
Kami ingatkan lagi bagi yang malas bangun Shubuh,
ingatlah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berikut.
عَقِدَ الشَّيْطَانُ
عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ
كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ
اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ
صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ
أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian
belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan
mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada
Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu
ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi
hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia
tidak ceria dan menjadi malas.”
(HR. Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776)
Mari kita koreksi diri, untuk tidak
biasa tidur pagi apalagi sampai ketinggalan shalat Shubuh, juga memperhatikan
shalat, tidak malas-malasan dan berusaha menjaga amanah. Moga Allah memberi
taufik dan hidayah.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Komentar
Posting Komentar