إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jama’ah Shalat Jumat yang dimuliakan Allâh,
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak sekali musibah yang menimpa negeri kita tercinta. Mulai dari banjir di Jakarta dan Jawa Tengah; banjir bandang di Manado; kemudian tanah longsor dan gempa bumi di berbagai tempat; dan yang terakhir adalah banjir di kabupaten kita.
Jika dilihat mengunakan kacamata sains, maka bencana alam tersebut merupakan suatu fenomena alam yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan ekosistem yang ada di bumi ini, baik itu diakibatkan oleh alam ataupun yang diakibatkan oleh manusia. Akan tetapi jika kita melihat menggunakan kacamata keimanan, maka musibah tersebut merupakan suatu teguran yang Allâh berikan atas kelalaian, dosa dan maksiat yang telah kita perbuat selama ini dan mungkin ini semua merupakan tanda-tanda akhir zaman.
Terlepas dari itu semua, musibah-musibah tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allâh Subhânahu Wa Ta’ala. Takdir yang harus kita imani dan bertawakkal di dalamnya. Sebagaimana firman Allâh dalam surat At-Taubah ayat 51
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (٥١)
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang Telah ditetapkan Allâh untuk kami. dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allâh orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
Jama’ah Shalat Jumat yang dimuliakan Allâh,
Ada tiga pelajaran penting yang dapat diambil dari musibah-musibah tersebut. Yang pertama adalah dengan adanya musibah tersebut, Allâh ingin menguji kualitas keimanan hamba-Nya. Allâh berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allâh mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS Al Ankabut : 2-3)

Dalam musibah ada pelajaran tentang keimanan yang dapat kita ambil. Bukankah dengan musibah tersebut kita jadi mengetahui bahwa kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki kekutatan sedikitpun, kecuali hanya dari Allâh semata.
Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya. Dalam memberikan ujian kepada hamba-Nya, Allâh selalu mempertimbangkan kadar iman yang ada pada hamba tersebut. Semakin baik imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan perlu dipahami pula, bahwa Allâh tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allâh tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat. Dan sebaliknya, Allâh tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan. Allâh berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚŸ
Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS Al Baqarah : 286)
Poin kedua selanjutnya adalah bahwa Allâh ingin menguji kesabaran kita. Firman Allâh dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  (١٥٦)
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allâh dan kepada-Nya-lah kami kembali.)  

Musibah bertujuan untuk melatih kesabaran kita. Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas Al-Haq kecuali dengan bersabar dalam mentaati Allâh, dan kita tidak akan dapat menjauhi kebathilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allâh. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan kenikmatan.

Sifat sabar itu hanya dikaruniakan Allâh kepada manusia, tidak kepada makhluk-makhluk yang lain. Karena manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai merusak atau merugikan orang lain. Sedangkan hewan hanya diperlengkapi dengan hawa nafsu saja, tanpa mempunyai akal. Oleh sebab itu ia tidak mampu bersikap sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki hawa nafsu.
Sebagaimana ayat dalam surat Al-Baqarah ayat 155 yang khotib bacakan tadi bahwa orang yang sabar akan mendapatkan kabar gembira dari Allâh. Maksudnya adalah bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang tak terhingga karena kesabarannya. Akan tetapi, pahala ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah)

Poin ketiga atau yang terakhir adalah bahwa Allâh ingin menguji sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallambersabda:
وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Dari hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa selama kita menolong saudara kita yang tengah mengalami kesulitan maka pasti Allâh akan menolong kita. Kita dapat memberikan pertolongan kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah baik berupa harta atau tenaga. Atau jika tidak bisa keduanya, kita dapat mendo’akan mereka agar senantiasa diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan tersebut.
Kesimpulan dari itu semua hendaknya kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allâh Subhânahu Wa Ta’ala agar kita dihindarkan dari musibah dan diberikan rahmat oleh Allâh, sebagaimana firmannya dalam surat Al-A’raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Segumpal Daging Itu Adalah Qolbu Atau Hati

doa penutup majlis pertemuan

Niat Qosor dan jama’ sholat