sebab - sebab penyakit hati
Sungguh sudah menjadi fitrah manusia apabila ia ditimpa suatu
penyakit dia akan berusaha mencari obatnya, benarlah kata pepatah “mencegah
lebih baik dari mengobati.” Dan untuk mencegah suatu penyakit maka kita harus
mengetahui penyebab-penyebabnya.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah.
Ada suatu penyakit yang lebih berbahaya dari
semua penyakit jasmani yang paling berbahaya. Sungguh suatu kerugian bila
seseorang ditimpa suatu penyakit tapi ia sendiri tidak menyadarinya. Penyakit
ini mudah sekali menular dan mudah tertanam dalam tubuh, dan tidak menutup kemungkinan
kita mengidap penyakit yang sangat berbahaya itu. Penyakit itu
adalah penyakit hati.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita mempelajari
penyebab-penyebab penyakit hati dengan senantiasa memohon pertolongan kepada
Allah Subhanahu agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut
dan bisa berusaha mengobatinya bila kita telah terlanjur terjangkit penyakit
tersebut.
Ada enam penyakit hati yang akan kami sebutkan pada kesempatan
yang berbahagia ini, yang kesemuanya adalah penyakit-penyakit yang sangat
berbahaya yang sering menjangkit umat. Di antara penyakit-penyakit tersebut
adalah:
Sebab penyakit hati pertama, berbuat syirik kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Syirik adalah jika seorang menyekutukan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam
ibadah kepada-Nya. Di samping dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dia
juga beribadah kepada selain Allah. Perbuatan syirik adalah perbuatan yang
sangat tercela dan terlaknat.
Orang yang terkena penyakit ini, hatinya akan selalu sakit,
semua yang dilakukannya hanya berkisar nafsu belaka, dia tidak akan mengenal
agama Islam ini dengan baik, sebaliknya dia akan mendapatkan kesedihan,
perasaan takut, dan kehancuran, bahkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyifati
orang-orang yang berbuat syirik kedudukannya lebih rendah dari
binatang-binatang ternak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ
هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً
“Atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan: 44)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sebab penyakit hati kedua, perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Apabila kemaksiatan sudah bertumpuk dalam hati seseorang, maka
dia akan menghalangi pandangan hati sehingga dia tidak dapat melihat,
menyadari, memahami serta berfikir tentang ayat-ayat Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Jika maksiat telah berkumpul dalam hatinya, maka dia akan
mencengkramnya sehingga hatinya tidak menyenangi kebaikan dan tidak mau
berdzikir kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala, lalu yang paling menyedihkan ia akan
dikuasai oleh hawa nafsurnya yang jahat, sebagaimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَلَوْ شِئْنَا
لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
فَمَثَلُهُ كَمَثَلُ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ
يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِئَايَاتِنَا فَاقْصُصِ
الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya dijuurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa
Ta’ala
Sebab penyakit hati ketiga adalah
kelalaian dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Manusia yang lengah akan terkejut tatkala mendengar dzikir atau
nasihat dari seseorang, meskipun dia seorang penuntut ilmu, apalagi orang awam
Hal ini disebabkan kelalaian dari merenungi ayat-ayat-Nya sehingga setan masuk
melalui peredaran darahnya menuju hatinya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa
Ta’ala senantiasa
mengingatkan hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,
وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ
الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ
كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ
“Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit).
Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka berkata):
“Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini,
bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 97)
Orang yang lengah atau lalai diibaratkan seperti orang yang
masuk ke dalam masjid lalu setan menekannya sehingga orang tersebut tidak
berdzikir kepada Allah sedikit pun, seperti orang yang datang ke sebuah majelis
ta’lim dia malah tertidur atau memikirkan hal-hal dunia, sehingga ia tidak
memahami isi dari kajian tersebut.
Kelengahan menyerang hati seseorang, sehingga membuatnya
berpaling dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak senang berdzikir, tidak senang
mendengar suatu kebaikan dan tidak mau mendekat kepada ahli dzikir yaitu para
ulama.
Sidang Jumat yang
dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebab penyakit hati keempat adalah
berpaling dari mempeajari ilmu agama, mendalami, dan mempelajari sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada zaman sekarang ini, kita sering mendapati orang lebih faham
ilmu dunia daripada ilmu agama, bahkan masalah-masalah yang ringan dalam agama
mereka tidak mengetahuinya, tata-cara berwudhu atau mandi sesuai sunah atau
yang lebih sederhana dari pada itu mereka tidak memahaminya, mereka lebih
mendahulukan urusan dunia yang fana ini.
padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن
ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
{124} قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا {125} قَالَ
كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى {126}
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat
dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan
akud alam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’
Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Toha: 124-126)
Jamaah shalat Jumat
yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebab penyakit hati kelima, sibuk dengan
urusan dunia dan mengabaikan agama.
Apabila seorang telah terjangkit penyakit ini, maka
waktu-waktunya, baik siang atau malam ia habiskan untuk mengejar dunianya,
pikirannya terfokus agar tercapai semua keinginannya. Adapun akhirat mereka
kesampingkan sehingga tidak heran kalau kita dapati di masjid-masjid kaum
muslimin ketika khutbah Jumat mereka tertidur, tidak memperhatikan dan
mendengarkan hutbah, padahal mendengarkan dua khutbah tersebut
hukumnya wajib, yang demikian karena mereka telah kelelahan dengan urusannya.
Kalaupun mata mereka tidak tertidur pikirannyalah yang terbang melayang bersama
angan-angan dan lamunannya. Naudzubillah
Kita khawatir inilah sifat yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala bahwa
ia termasuk orang-orang yang lari dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dalam Alquran Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Maka apakah mereka
tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang lalai hati
kita dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mudah-mudahan Allah menolong kita sehingga
senantiasa kita dapat menghindari penyebab-penyebab sakit hati tersebut dan
senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Amin.
بَارَكَ الله لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Komentar
Posting Komentar